Aku tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, tidak sebelum aku mengenal Jian. cowok keren yang sudah menawan hatiku sejak pertama kali aku datang kesini,sekolah paling elit yang tidak pernah aku bayangkan bakal bisa sekolah di tempat yang memikirkannya saja aku tidak berani. HARAPAN BANGSA, itulah nama sekolah yang membuat aku jatuh cinta.
Namun,jatuh cinta tidak selamanya indah. ya,tentu saja aku termasuk yang tidak indah itu. bagaimanpun,meski aku tidak pernah merasa yang namanya cinta seumur hidupku ini. setidaknya aku dapat membedakan cinta yang indah atau tidak. aku tidak bodoh untuk tidak tau kalau orang aku suka tidak mencintaiku juga.
seperti sekarang ini.
"kamu kemana aja? kak Bian nyariin kamu dari tadi!" aku tersentak saat mendengar suara Jian dari arah blakang punggung ku.dengan cepat aku menoleh ke arah nya. seketika itu pula aku langsung terperangah ya Tuhan kenapa dia bisa setampan itu!! mataku tak bisa berpaling dari nya,sungguh.
"ngapain ngeliatin kayak gitu? buruan masuk sana.. di tunggu kak Bian dari tadi!" mendengar intruksi itu aku dengan cepat langsung masuk kedalam rumah. benar,pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku bisa ada di rumah yang sama dengan Jian. jawabannya adalah... dia anak tuan yang menolongku. iya,aku bukan orang kaya tentu saja,hanya anak jalanan yang beruntung di pungun orang baik seperti Tuan Ruka,di sekolahkan dengan baik dan mendapat fasilitas yang sama dengan ketiga anaknya. tentu saja,bukan hanya ada Jian yang aku suka dan kak Bian yang Jian sebut-sebut tadi,tapi juga ada kak Lian,anak sulung tuan Ruka. dan mereka semua laki-laki. sifat mereka yang berbeda-beda membuat ku sedikit tertarik,tapi anehnya bukannya suka pada kak Bian yang lembut dan baik hati atau kak Lian yang pintar dan berkarisma tinggi juga baik hati,aku malah jatuh hati pada Jian yang dingin,menyebalkan dan tidak punya perasaan. mungkin otakku harus di bawa ke dokter jiwa untuk di periksa. barangkali ada kelainan.
"kak.. Bian,tadi manggil aku?" cowok itu mendongakkan kepalanya,menatapku lamat-lamat lalu mengangguk samar.
"iya. kakak panggil kamu. duduk" ia tersenyum sambil membenarkan letak kacamatanya yang miring. lalu ia kembali menatapku dengan sorot berbeda. sungguh aku paling tidak bisa di tatap seperti itu.
"kamu... masih mau tinggal di sini kan?" mendengar pertanyaan itu aku memberanikan diri menatap kak Bian tepat di matanya,kenapa dia tiba tiba bicara begitu? apa aku punya salah padanya ya? apa aku bakal di usir dari sini?
"kamu taukan,kakak selalu baik sama kamu" dengan perasaan aneh aku mengangguk.
"kali ini kaka yang mau minta kamu baik sama kakak."
"eh?'
"kakak mau kamu jadi...pacar kakak.."
tunggu dulu,apa aku tidak salah dengar ya? pacar? setauku kak Bian itu sudah punya pacar! cantik pula. jangan -jangan dia diam-diam seorang playboy? ah,tapi mana mungkin. kak Bian pasti sedang bercanda. "aku gak lagi bercanda Dys. kenapa kamu cengar-cengir begitu?" mendengar kata-kata itu aku langsung bungkam kembali menunduk dengan wajah datar.
"aku tanya. harusnya di jawab kan? apa kamu ga dengar?'
"dengar kok...tapi,kakak gak salah nyuruh aku jadi pacar kakak?'' aku bertanya takut-takut soalnya umur kami emng berbeda jauh banget,jaraknya dengan Jian saja 8 tahun. itu artinya sama dengan ku kan? itu perbedaan yang...luar biasa sekali. andai saja yang bilang begitu tadi adalah Jian tanpa pikir panjang aku akan langsung bilang 'iya aku mau!!' tapi ini kak Bian yang bilang. jadi aku harus jawab apa?
"tapi kak..."
"kamu nolak kakak.."
"maaf,tapi... Dysis,Dysis gak tau harus bilang apa.. Dysis gak ada rasa sama kakak.."
"tapi sama Jian ada.." kurasakan berangsur-angsur suara kak Bian semakin dingin. tidak ramah seperti biasanya.
"kak"
"Dys,kakak tau semuanya... kamu suka sama Jian. tapi apa? Jian gak pernah suka sama kamu Dys,sedangkan aku yang jelas suka sama kamu,kenapa kamu tolak gitu aja Dys?" mendengar itu aku sudah tak kuat. sungguh aku tak pernah ada rasa apapun pada kak Bian selain dia ku anggap sebagai kakak yang baik. hanya itu tidak lebih.
"maaf kak. Dys,tau perasaan kakak. tapi.. Dys cuma anggap kakak sebagai Kakak Dysis yang paling baik.. Dys suka jadi adik kakak. sampai kapan pun. Dys bakal anggap kak Bian sebagai kakak Dysis. dan kita beda jauh kak"
"apa umur menjadi sebuah perbandingan?"
"enggak. tapi hati yang menjadi perbandingannya"
bersamaan dengan itu aku meninggalkan kak Bian sendirian dan berjalan ke arah kamar ku. tanpa ku sadari di depan pintu ruang tengah menuju kamar ku,Jian sedari tadi memperhtikan dari situ. aku hanya diam menatap nya dengan pandangan layu seperti hatiku saat ini. aku yakin dia pasti sudah tau perasaan ku padanya sekarang. tanpa banyak kata aku langsung meniggalkannya sebelum itu aku menoleh kebelakang melihat kak Bian terakhir kalinya malam itu,yang terlihat sngat frustasi.
***
Di sekolah,Jian tetap seperti biasa,pura-pura tidak kenal dengan ku. yah aku juga tidak berharap lebih,soalnya dia juga anak populer di sekolah,berdarah china-jepang pula. sudah pasti banyak yang naksir. bisa-bisa aku kena bully kalau dekat dengnnya .
"kamu tau.. sudah berapa banyak cewek yang suka dan nekat nembak Jian?" Tika teman sebangku ku bicara sambil menatap Jian yang lewat depan kelas kami. dengan polos aku menggeleng.
"ada banyak.. dan semuanya di tolak" aku mengeryitkan kening. kenapa?
"dia itu pangeran es. ga ada yang tau tipe ceweknya gimana? dia juga ga pernah ceria ke temen-temennya,,"
"kenapa?"
"karna dia jarang punya temen akrab.. beda sama kakak kakaknya.."
"kak Bian dan kak Lian?'
"kok kamu bisa tau?"
"ya tau saja.." aku mengidikkan bahu. kenapa aku keceplosan bisa kenal mereka kan gawat urusannya. "lagian siapa yang tidak tau dia? dan kakak-kakaknya.." lanjutku untuk menutupi kesalahanku itu.
"oh benar juga. pokoknya dia beda banget sama dua kakaknya yang ganteng-ganteng itu. yang easy going,ramah,baik,cerdas dan jago olah raga lagi."
"bukannya Jian juga?"
"iya kecuali dia itu dingin dan ga ada ramahnya" aku menggeleng-geleng mendengar alsannya.
"terus gimana? kok kmu juga kenal kakak nya?"
"mereka semua alumni sekolah ini.. beberpa kali kami lait dokumentasi dari para senior dulu di ruang teather,jadi kami tau... beruntung banget semua cewek yang dulu satu sekolah sama kakak-kakaknya Jian"
mendengar itu aku jadi ingat kejadian semalam. dan refleks menggeleng "kayaknya enggak juga"
"maksudmu?' Tika menoleh padaku sambil melotot,yang rada bikin aku keder juga.''enggak. soalnya kayaknya mereka gak deket sembarang cewek.. apa lagi kak Lian."
"Dys,sok tau deh" cibirnya. membuatku ingin sekali menggodanya "kalau aku yang tembak Jian.... gimana?"
"jangan nagco? emang kamu suka sama Jian beneran?" dengan mantab aku mengangguk
"ga waras kayknya kamu"
"kok gittu"
"Dys,jangan ikut-ikut cewek ga jelas dong... kamu mau bikin malu diri sendiri?"
"ya enggak dong. tapi apa salahnya kan di coba?''
"ya terserahmu aja Dys,kalo di tolak jangan lari ke aku ya" dengan cepat aku memajukan jempolku kedepan wajahnya. dan tersenyum sangat lebar.
***
Namun,jatuh cinta tidak selamanya indah. ya,tentu saja aku termasuk yang tidak indah itu. bagaimanpun,meski aku tidak pernah merasa yang namanya cinta seumur hidupku ini. setidaknya aku dapat membedakan cinta yang indah atau tidak. aku tidak bodoh untuk tidak tau kalau orang aku suka tidak mencintaiku juga.
seperti sekarang ini.
"kamu kemana aja? kak Bian nyariin kamu dari tadi!" aku tersentak saat mendengar suara Jian dari arah blakang punggung ku.dengan cepat aku menoleh ke arah nya. seketika itu pula aku langsung terperangah ya Tuhan kenapa dia bisa setampan itu!! mataku tak bisa berpaling dari nya,sungguh.
"ngapain ngeliatin kayak gitu? buruan masuk sana.. di tunggu kak Bian dari tadi!" mendengar intruksi itu aku dengan cepat langsung masuk kedalam rumah. benar,pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku bisa ada di rumah yang sama dengan Jian. jawabannya adalah... dia anak tuan yang menolongku. iya,aku bukan orang kaya tentu saja,hanya anak jalanan yang beruntung di pungun orang baik seperti Tuan Ruka,di sekolahkan dengan baik dan mendapat fasilitas yang sama dengan ketiga anaknya. tentu saja,bukan hanya ada Jian yang aku suka dan kak Bian yang Jian sebut-sebut tadi,tapi juga ada kak Lian,anak sulung tuan Ruka. dan mereka semua laki-laki. sifat mereka yang berbeda-beda membuat ku sedikit tertarik,tapi anehnya bukannya suka pada kak Bian yang lembut dan baik hati atau kak Lian yang pintar dan berkarisma tinggi juga baik hati,aku malah jatuh hati pada Jian yang dingin,menyebalkan dan tidak punya perasaan. mungkin otakku harus di bawa ke dokter jiwa untuk di periksa. barangkali ada kelainan.
"kak.. Bian,tadi manggil aku?" cowok itu mendongakkan kepalanya,menatapku lamat-lamat lalu mengangguk samar.
"iya. kakak panggil kamu. duduk" ia tersenyum sambil membenarkan letak kacamatanya yang miring. lalu ia kembali menatapku dengan sorot berbeda. sungguh aku paling tidak bisa di tatap seperti itu.
"kamu... masih mau tinggal di sini kan?" mendengar pertanyaan itu aku memberanikan diri menatap kak Bian tepat di matanya,kenapa dia tiba tiba bicara begitu? apa aku punya salah padanya ya? apa aku bakal di usir dari sini?
"kamu taukan,kakak selalu baik sama kamu" dengan perasaan aneh aku mengangguk.
"kali ini kaka yang mau minta kamu baik sama kakak."
"eh?'
"kakak mau kamu jadi...pacar kakak.."
tunggu dulu,apa aku tidak salah dengar ya? pacar? setauku kak Bian itu sudah punya pacar! cantik pula. jangan -jangan dia diam-diam seorang playboy? ah,tapi mana mungkin. kak Bian pasti sedang bercanda. "aku gak lagi bercanda Dys. kenapa kamu cengar-cengir begitu?" mendengar kata-kata itu aku langsung bungkam kembali menunduk dengan wajah datar.
"aku tanya. harusnya di jawab kan? apa kamu ga dengar?'
"dengar kok...tapi,kakak gak salah nyuruh aku jadi pacar kakak?'' aku bertanya takut-takut soalnya umur kami emng berbeda jauh banget,jaraknya dengan Jian saja 8 tahun. itu artinya sama dengan ku kan? itu perbedaan yang...luar biasa sekali. andai saja yang bilang begitu tadi adalah Jian tanpa pikir panjang aku akan langsung bilang 'iya aku mau!!' tapi ini kak Bian yang bilang. jadi aku harus jawab apa?
"tapi kak..."
"kamu nolak kakak.."
"maaf,tapi... Dysis,Dysis gak tau harus bilang apa.. Dysis gak ada rasa sama kakak.."
"tapi sama Jian ada.." kurasakan berangsur-angsur suara kak Bian semakin dingin. tidak ramah seperti biasanya.
"kak"
"Dys,kakak tau semuanya... kamu suka sama Jian. tapi apa? Jian gak pernah suka sama kamu Dys,sedangkan aku yang jelas suka sama kamu,kenapa kamu tolak gitu aja Dys?" mendengar itu aku sudah tak kuat. sungguh aku tak pernah ada rasa apapun pada kak Bian selain dia ku anggap sebagai kakak yang baik. hanya itu tidak lebih.
"maaf kak. Dys,tau perasaan kakak. tapi.. Dys cuma anggap kakak sebagai Kakak Dysis yang paling baik.. Dys suka jadi adik kakak. sampai kapan pun. Dys bakal anggap kak Bian sebagai kakak Dysis. dan kita beda jauh kak"
"apa umur menjadi sebuah perbandingan?"
"enggak. tapi hati yang menjadi perbandingannya"
bersamaan dengan itu aku meninggalkan kak Bian sendirian dan berjalan ke arah kamar ku. tanpa ku sadari di depan pintu ruang tengah menuju kamar ku,Jian sedari tadi memperhtikan dari situ. aku hanya diam menatap nya dengan pandangan layu seperti hatiku saat ini. aku yakin dia pasti sudah tau perasaan ku padanya sekarang. tanpa banyak kata aku langsung meniggalkannya sebelum itu aku menoleh kebelakang melihat kak Bian terakhir kalinya malam itu,yang terlihat sngat frustasi.
***
Di sekolah,Jian tetap seperti biasa,pura-pura tidak kenal dengan ku. yah aku juga tidak berharap lebih,soalnya dia juga anak populer di sekolah,berdarah china-jepang pula. sudah pasti banyak yang naksir. bisa-bisa aku kena bully kalau dekat dengnnya .
"kamu tau.. sudah berapa banyak cewek yang suka dan nekat nembak Jian?" Tika teman sebangku ku bicara sambil menatap Jian yang lewat depan kelas kami. dengan polos aku menggeleng.
"ada banyak.. dan semuanya di tolak" aku mengeryitkan kening. kenapa?
"dia itu pangeran es. ga ada yang tau tipe ceweknya gimana? dia juga ga pernah ceria ke temen-temennya,,"
"kenapa?"
"karna dia jarang punya temen akrab.. beda sama kakak kakaknya.."
"kak Bian dan kak Lian?'
"kok kamu bisa tau?"
"ya tau saja.." aku mengidikkan bahu. kenapa aku keceplosan bisa kenal mereka kan gawat urusannya. "lagian siapa yang tidak tau dia? dan kakak-kakaknya.." lanjutku untuk menutupi kesalahanku itu.
"oh benar juga. pokoknya dia beda banget sama dua kakaknya yang ganteng-ganteng itu. yang easy going,ramah,baik,cerdas dan jago olah raga lagi."
"bukannya Jian juga?"
"iya kecuali dia itu dingin dan ga ada ramahnya" aku menggeleng-geleng mendengar alsannya.
"terus gimana? kok kmu juga kenal kakak nya?"
"mereka semua alumni sekolah ini.. beberpa kali kami lait dokumentasi dari para senior dulu di ruang teather,jadi kami tau... beruntung banget semua cewek yang dulu satu sekolah sama kakak-kakaknya Jian"
mendengar itu aku jadi ingat kejadian semalam. dan refleks menggeleng "kayaknya enggak juga"
"maksudmu?' Tika menoleh padaku sambil melotot,yang rada bikin aku keder juga.''enggak. soalnya kayaknya mereka gak deket sembarang cewek.. apa lagi kak Lian."
"Dys,sok tau deh" cibirnya. membuatku ingin sekali menggodanya "kalau aku yang tembak Jian.... gimana?"
"jangan nagco? emang kamu suka sama Jian beneran?" dengan mantab aku mengangguk
"ga waras kayknya kamu"
"kok gittu"
"Dys,jangan ikut-ikut cewek ga jelas dong... kamu mau bikin malu diri sendiri?"
"ya enggak dong. tapi apa salahnya kan di coba?''
"ya terserahmu aja Dys,kalo di tolak jangan lari ke aku ya" dengan cepat aku memajukan jempolku kedepan wajahnya. dan tersenyum sangat lebar.
***